Rabu, 30 Juni 2010

Kemandirian kebutuhan remaja

Kemandirian sosial pada remaja ditandai dengan munculnya perubahan pada sikap sosial dalam bentuk kemunduran minat pada masyarakat atau berupa kecenderuangan untuk menyendiri. Remaja memiliki kecenderungan untuk meninggalkan minat sosial pada orang-orang dewasa dan mengarahkan minat sosialnya pada teman sebayanya. Maka, tidaklah mengherankan jika remaja sangatlah sulit untuk diajak berkumpul dengan orang tua dan memilih bersama temannya. Masa ini disebut sebagai masa antisosial atau masa negatif, dimana remaja cenderung menolak beberapa aturan, norma yang berlaku secara umum dan menolak dominasi orang dewasa.

Sikap remaja yang cenderung antisosial ini bukanlah suatu bentuk ketidak tahuan mereka akan pentingnya bersosiallisasi, namun merupakan bentuk kesengajaan yang diarahkan dalam bentuk penentangan terhadap keinginan yang diharapkan oleh keluarga ataupun masyarakat. Munculnya sikap antisosial pada remaja merupakan bentuk pengaruh kerja kelenjar hormon dan perubahan fisik yang menunjukan perubahan yang pesat. Dari pola prilaku kanak-kanak, berubah kearah pola prilaku remaja dengan segala perubahan fisik lainnya misalnya, perubahan suara dan pertumbuha jerawat di wajah, turut mendukung sikap antisosial remaja.

Pertumbuhan dan perkembangan remaja yang menunjukkan perkembangan besar dalam fisiknya menunjukan bentuk permasalahan tersendiri bagi remaja bersangkutan. Remaja yang dilihat dari sifiknya telah menunjukkan perubahan bentuk tubuh seperti orang dewasa, namun emosi jiwanya masih labil dan sifat kekanak-kanakkannya masih sering muncul. Misalnya, remja yang memiliki permintaan terhadap orang tuanya cenderung segera dipenuhi dan pantang ditolak. Keinginan ini merupakan sifat kekanakkakan-kan yang masih melekat. Padahal, remaja tidak mau lagi diperlakukan seperti anak-anak, namun kenyataannya pola pikirnya masih di dominasi oleh pemikiran anak-anak. Maka tidak heranlah, jika ada konfilk anatara orang tua dengan remaja.

Semakin bertambahnya pengalaman dan semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan pada diri ramaja, sikap antisosial tersebut perlahan-lahan mulai berkurang dan akhirnya dapat hilang sama sekali. Hal inilah yang disebut sebagai proses kematangan emosi sosial, dimana remaja berangsur-angsur menyadari perannya sebagai warga masyarakat yang merupakan bagian dari kelompok sosial yang merasa bergantung satu dengan lainnya. Timbulnya kematangan sosial pada remaja akan menumbuhkan kemandirian sosial, dimana remaja mulai mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Pada masa ini, remaja mulai berani dan mampu menanggung resiko atas perbuatan yang ia lakukan dan berani memikul tanggung jawab sosial.

Berkaitan dengan kemandirian ekonomi, pada umumnya tingkat kemandirian ekonomi dengan melakukan perkerjaan sesuai dengan kemampuan mereka sebagi remaja. Di daerah sentra industri, banyak remaja yang memilih berkerja untuk memperoleh uang dari pada melanjutkan sekolah. Di kota besar, remja mencari uang dengan berkerja dibidang bisnis pertunjukan (showbiz), ada yang sebagai model, penyayi, pemain sinetron, maupun berkerja paruh waktu dibidang pemasaran atau sebagai pramuniaga. Tentu saja penghasilan yang diperoleh remaja ini banyak dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang cenderung konsumtif atau untuk membeli bahan kebutuhan yang sifatnya sekunder, seperti alat make up dan pernak-pernik lainnya.

Oleh sebab itu, remaja dituntut untuk memiliki sifat dasar untuk mencapai kemandirian ekonomi dalam bentuk upaya untuk dapat memenuhi kebutuhanya sendiri serta mengatur pengeluaran ekonomi secara mandiri. Prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi yang perlu dimiliki oleh remja, antra lain,

1. Bersikap hemat dalam membelanjakan uangnya;
2. Gemar menabung;
3. Tidak suka pamer;
4. Berpenampilan wajar serta cenderung sederhana;
5. Tidak berlebih-lebihan dalam memakai fasilitas materi dari orang tua
6. Suka berkerja keras;
7. Mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumtif;
8. Memperhatikan keberadaan orang lain yang hidupnya kurang beruntung, dan
9. Memiliki rasa belas kasih dengan sesama

Selasa, 29 Juni 2010

Menciptakan remaja mandiri

MENGHADAPI TANTANGAN

Perkembangan zaman yang begitu cepat akan memiliki dampak yang banyak mulai dari dampak sosial, ekonomi, maupun budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi tentunya akan menimbulkan tantangan-tantangan yang harus dihadapi.

Remaja yang merupakan salah satu dari bagian generasi muda merupakan anggota masyarakat yang harus dapat mengantisipasi setiap perubahan dan tantangan-tantangan yang muncul akibat dari perubahan zaman.

Masa remaja merupakan masa yang sangat riskan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul, baik permaslahan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Di lain sisi remaja mau tidak mau harus berhadapan dengan permasalahan bagaimana mewujudkan cita-citanya untuk menghadapi masa depan. Pola-pola kehidupan yang berada di sekitarnya juga merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Oleh karena itu, remaja di tuntut untuk bisa menyelesaikan tantangan atau masalah ini dengan mandiri. Kemandirian merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh remaja.

Orang yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi tentu saja akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu ia juga cenderung bersifat kritis terhadap hal-hal yang muncul dihadapannya.

Berikut ini adalah beberapa sifat yang ditimbulakan oleh orang yang mempunyai kemandirian:

1. Kemantapan diri

Aspek ini menyangkut rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya sendiri, menerima diri apa adanya, dan puas dengan usaha yang ia lakukan sendiri.

2. Inisiatif

Aspek ini melahirkan seseorang untuk menimbulkan cara berfikir dan bertindak secara kreatif sehingga bisa menimbulkan inovasi-inovasi baru.

3. Progresif dan ulet

Aspek menunjukan seseorang untuk mengejar prestasi dengan penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

4. Bebas

Hal ini menunjukan dengan tindakan yang dilakukannya adalah tindakan atas kehendak dirinya sendiri bukan dari orang lain.

Rabu, 02 Juni 2010

Pengertian kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan DEPEN dan Kebudayaan KEMANDIRIAN adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Pengertian di atas perlu diterangkan lebih lanjut, karena dalam kenyataannya tidak ada manusia yang mampu hidup berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat, mereka saling menghubungkan sikap , tingkah laku dan perbuatan , saling memberi dan menerima sehingga meskipun ukurannya sedikit tetap saja memerlukan bantuan orang lain. Bukankah dalam perjalannan hidup manusia apa yang dimakan bukan hasil tanamannya sendiri, bukan masakan sendiri, pakaian yang dikenakan juga bukan dari kapas tanamannya sendiri, bukan memintal dan menjahit sendiri. Ketika sakit juga memerlukan bantuan orang lain, terlebih ketika meninggal dunia juga tidak mampu masuk kuburan sendiri.

Jadi jelaslah bagaimanapun juga manusia tetap memerlukan jasa dan pertolongan orang lain dalam kehidupannya. Persoalannya tinggal apakah ia memberikan imbalan atau kompensasi ketika membutuhkan apapun keperluan dari orang lain, dan apakah imbalan itu dari hasil jerih payahnya sendiri?.

Kiranya inilah unsur penting yang mempunyai relevansi kuat dengan kemandirian seseorang . Maka agar lebih sesuai dengan realita kehidupan, KEMADIRIAN itu kita artikan sebagai KEMAMPUAN diri seseorang untuk mengahasilkan “sesuatu” sebagai imbalan atau nilai tukar terhadap apa yang dibutuhkan, yang dikonsumsi, dimiliki dan dinikmati. Pada umumnya orang dengan mudah akan mengatakan bahwa mereka yang telah memiliki penghasilan sendiri untuk mencukupi keperluan hidupnya , meraka itulah orang–orang yang telah mandiri.

Faktor-faktor Yang Mempengruhi Sikap Kemandirian.

Kemandirian memang dimulai dari sikap, adapun factor yang mempengaruhi sikap mandiri itu banyak namun dalam pembahasan ini akan dibatasi tiga factor yaotu fsktor ekonomi, keasaan dalam keluarga dan linfgkungan masyarakat.

Orang yang berada pada ekonomi sulit biasanya akan cenderung segera bangkirt sebagai reaksi atas keterbatasan kesejahteraan yang ada padanya. Mereka tidak segan melakukan apa saja demi menghasilkan uang, bahkan dikerjakan tanpa mengenal waktu. Situasi dan kondisi ekonominya akan memberikan gemblengan menjadikan insane yang selektif dan hemat dalam pengeluaran pembelanjaan. Mereka lebih terbiasa dan mampu mangatasi berbagai kesulitan hidup, sebagai dampak positifnya mereka cenderung menjadi lebih cepat memiliki sikap mandiri daripada anggota keluarga yang tumbuh dalam keadaan ekonomi yang serba kecukupan.

Kebiasaan dalam keluarga juga dapat berpengaruh terhadap sikap kemandirian seseorang. Banyak orang tua yang telah mampu memanjakan anak-anaknya tetapi akhiranya tidak mampu menanamkan sikap kemandirian. Sebenarnya pendidikan sederhana tentang kemandirian kepada anak dapat dilakukakn oleh orang tua dengan cara memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Hal terpenting bahwa proses pendidikan kemandirian dapat berhasil manakala dapat terwujdnya transformasi pendelegasian tanggungjawab dari orang tua kepada anaknya.

Seorang kepala rumah tangga juga perlu mendidik kemandirian kepada istrinya dengan cara mengkondisikan agar istrinya tidak larut dalam pola hidup boros, konsumtif namun sebaliknya bagaimana seorang istri dapat mengelola pembelanjaan sebaik-baiknya sehingga tidak “lebih besar pasak daripada tiaynag”. Pemanfatan secara optimal barang yang yang tersedia. Melatih berusaha untuk mendapatkan income keluarga, meskipun urusan ma’isah adalah sepebuhnya tanggung jawab suami, namun secara umum hal ini akan berpengaruh terhadap pembiasaan sikap hidup mandiri badi seluruh anggota keluarga ternasuk anak remaja